[Image: image]
Peran santri
milenial dalam membangun negeri itu apa sebenarnya? Katanya santri milenial itu
adalah aset bangsa Indonesia. Sekarang apa sumbangsih santri milenial zaman now
dalam memajukan bangsa Indonesia yang masih butuh perbaikan secara terus-menerus
dalam segala aspek ini?
Ok, mari santri
milenial jawab pertanyaan di atas sambil zikiran, solawatan dalam hati namun
tak ketinggalan, pandangan selalu ke depan. He he he…. Jangan berbalik ke
belakang.
Katanya seh, di
era milenial, peran santri dalam mewujudkan negeri yang bal datun thoyyibatun
wa rabbun ghafur masih dalam khayalana, apa itu benar atau orang yang
bilang itu cuma iseng aja kali ya?. Entahlah…
Kalian tahu khan, wahai para
kaum santri milenial, jangan main game melulu, perkembangan zaman khususnya
digitalisasi di seluruh lini sudah semakin tampak dan cepat sekali lajunya. Sementara
kita maknai kitab kuning, sudah 3 tahun lamanya mondok masih saja gak bisa juga
dibaca. Ya wong memang gak pernah dibaca, setelah ngaji kitabnya dirapikan lagi
di lemari. He he he…
Kalau kalian yang lahir di
era 1990 – an untuk beli makanan saja harus ke warung, jalan kaki lagi,
sekarang apakah kalian masih begitu, atau sudah mulai males ke warung karena telah
ada yang nganterin? Ayo jawab….
Artinya zaman sudah berubah dengan
begitu cepatnya. Sekarang kalau kita mau nonton filim India sudah tidak perlu menyalakan
TV kan, karena semua film India apa pun judulnya sudah ada dalam genggaman
kita.
Artinya begitu pesatnya
kemajuan digital hari ini dan memanjakan kita. Apa-apa sekarang serba instan, tidak
hanya mie instan yang tinggal sobek, mau ngapain aja sekarang sudah cepat..
cepat dan cepat.
Kalau dahulu kala, ini dulu
ya, waktu kita masih kecil kali, santri itu fokusnya hanya pada pelajaran agama
saja atau lebih spesifiknya lagi hanya soal kitab kuning saja khan? Bukan bermaksud
apa-apa tapi kan faktanya begitu. Apa santri zaman now yang dikatakan milenial
itu masih juga berkutat dalam hal itu? Ayo jawab ya dengan jujur…. hehehe
Sementara metode yang sudah
tersistem khususnya di pesantren tradisional ya kalau tidak sorogan ya sistem
musyawarah dan hafalan. Dan 3 metode ini wajib dipertahankan hingga sekarang
karena metode ini masih work atau tetap besar manfaatnya bagi para santri walaupun
hingga hari ini. Ini menurut hemat penulis lho ya…
Tapi harus tertarget artinya
target itu jangan sebagai legalitas melainkan wajib diterapkan sehingga antara
teks dan kenerja seiring dan hasilnya tentu akan lebih efektif dan efisien. He he
he…
Karena pesantren hanya
dianggap mengajari santri-santri tentang cara beragama atau tentang kitab saja,
maka tidak heran bila kesannya di masyarakat itu, santri itu bisanya hanya soal
tradisi keagamaan saja, seprti mimpin tahlil, yasinan dan marhabanan belaka. Walaupun
itu tidak boleh disepelekan… ingat itu…
Tradisi di atas yang sudah
melekat di almamater santri pesantren, baik santri old maupun
santri milenial
di era digital seprti sekarang wajib terus dipertahankan. Namun jangan lupa hal
baru yang menurut jumhur ulama patut diambil maka sudah selayaknya diterapkan
di pesantren tanpa ragu.
Sebagaimana ungkapan Imam
Syafii, dalam kitabnya, Almuhafazhotu ala alqadimis sholih wal akhzu bil
jadidil ashlah (pertahankan tradisi lama yang baik-baik dan ambillah hal
baru yang sekiranya bila lebih baik.
Apa yang sebaiknya santri milenial
lakukan demi merawat serta membangun negeri Indonesia tercinta?
Bagi santri, keutuhan Indonesia
dan perkembangannya itu terletak bagaimana bangsa ini agar saling asah, asih
dan asuh. Tiga hal ini yang wajib terus dijaga dan dirawat satu dengan lainnya.
Artinya karena negara
Indonesia ini tidak hanya satu agama, atau dengan kata lain, bukan hanya milik
orang islam semata melainkan milik bersama dari latar belakang agama, suku,
bangsa dan budaya yang berbeda-beda maka yang paling peting adalah menjaga serta
merawat kemajemukan itu. Jangan samapi antar anak bangsa terjadi perang saudara.
Dengan tetap menjaga dan
merawat nilai-nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan UUD 45 atau KH Maimun Zubair mempopulerkannya dengan istilah
PBNU. Insyaallah dengan begitu, tidak akan terjadi perang saudara dan Indonesia
akan jaya.
Memang dalam tradisi santri,
agama itu adalah ideologi artinya jalan hidup. Namun santri juga sadar bahwa
negara Indonesia adalah rumah besar yang diwariskan oleh para ulama serta
pejuang terdahulu yang berjuang dengan berdarah-darah agar negera Indonesia
terbebas dari cengkraman para penjajah seperti Belanda dan Jepang kala itu.
Sehingga atas dasar semangat
tersebut santri akan terus menjaga dan berhidmat kepada Agama dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia demi mencapai cita-cita luhur para ulama dan pejuang terdahulu.
Yaitu terciptanya negara masyarakat yang aman, tentram, damai dan sejahtera
tanpa membedakan latar belakang agama, suku, ras, budaya dan bahasa. Ok siap
komandan…he he he…
Pekerjaan Rumah Bagi Santri
Milenial di era Industri 4.0 atau 5.0 dan seterusnya..
Santri milenial
wajib terus berjuang jangan berhenti di zona nyaman karena itu awal dari
kemunduran kita sebagai santri milenial.
Aritnya santri
milenial harus terus belajar dan berbenah serta selalu melihat ke depan, boleh
menoleh ke belakang tapi jangan lama-lama.
Dan yang tak
kalah pentingnya lagi, santri wajib bisa menguasai segala aspek keilmuan termasuk
SAIN dan Teknologi karena ke depan apa pun akan bersinggungan dengan perkembangan
teknologi itu sendiri.
Meminjam
bahasanya Pak Jokowi ketika mimpin rapat beserta mentri-mentrinya, “Kita tidak
bisa lagi kerja rutin, harus terus cari trobosan, karena yang cepat dia yang
akan berhasil tentu saja dengan segala perhitungan yang terukur”, kurang lebih
kata Pak Joko Widodo begitu. Karena perkembangan global begitu cepat, kalau
kita leyeh-leyeh maka jelas akan tertinggal. Mari ponpa terus semangat kita, pantang
mundur sebelum berhasil. Santri Milenial Fokuslah terus belajar, pelajari
segala macam ilmu dan kuasi medan strategis tentu demi mengabdi kepada Islam, Ulama
dan Negara Kesatuan Republik Indoneisa. (*)